cara memberi pernapasan buatan yang benar


Cara Memberi Pernapasan Buatan (CPR) yang Benar

Dengan melakukan CPR, kita bisa memperpanjang harapan hidup orang yang tak sadarkan diri. Maka itu penting untuk mengetahui bagaimana melakukan CPR yang benar.

CPR adalah teknik yang bisa dilakukan sebagai pertolongan pertama jika seseorang terkena serangan jantung. Teknik ini berfungsi untuk menormalkan detak jantung yang jika terkena serangan bergeraknya abnormal. Dengan ditekan maka detak jantung dengan sendirinya akan kembali normal.

\”Teknik CPR berguna untuk mengaktifkan jantung kembali sehingga peredaran darah ke otak menjadi lancar dan mencegah matinya organ otak,\” ujar EMT Anwar Buchari, Manager Operation dari Medic One, dalam acara Life Saver CPR Competency, di Wisma GKBI, Jakarta, Selasa (22/12/2009).

Anwar menambahkan jika otak tidak mendapatkan asupan oksigen selama 4 menit, maka organ otak ini tidak akan berfungsi kembali dan dengan sendirinya organ-organ lain dalam tubuh juga akan mati sehingga menurunkan harapan hidup dari orang tersebut.

Untuk itu Anwar memberikan beberapa teknik yang bisa dilakukan dalam melakukan CPR, yaitu:

1. Cek bahaya dan keselamatan (Danger/safety)
Sebelum melakukan pertolongan pastikan pasien serangan jantung berada di tempat yang aman dan terhindar dari bahaya.

2. Cek respons (Respone)
Ketahui apakah orang tersebut masih sadar atau tidak. Caranya dengan menepuk-nepuk pundak orang sambil berteriak dengan suara yang keras. Misalnya \”Pak, bisa dengar suara saya?\”. Jika tidak ada respons dari pasien, maka segera hubungi ambulance atau petugas medis.

3. Buka jalur pernapasan (Airway)
Sambil menunggu petugas medis datang, orang terdekat bisa membuka jalur pernapasan dengan cara tangan kiri memegang dahi sambil ditarik ke belakang dan tangan kanan menarik dagu ke bawah. Dekatkan telinga ke pasien sambil melihat, mendengar dan merasakan ada napas atau tidak selama 5 sampai 10 detik.

4. Berikan napas buatan (Breaths)
Jika tidak ada napas maka berikan napas buatan dengan cara menutup hidung dan meniupkan napas dari mulut ke mulut sebanyak 2 kali selama 2 detik. Saat melakukan hal ini mata memperhatikan dada orang tersebut, apakah bergerak atau tidak.

5.Berikan tekanan (Compression)
Setelah memberikan 2 kali napas buatan, maka beri tekanan pada bagian dada. Untuk orang dewasa letakkan kedua tangan di tengah-tengah dada sambil ditekan dengan posisi tangan lurus, tapi untuk anak-anak hanya menggunakan satu tangan saja. Tekan sepertiga bagian dada sebanyak 30 kali.

6. Lakukan secara berulang
Setelah melakukan 30 kali tekanan, beri napas buatan kembali sebanyak 2 kali lalu tekanan sebanyak 30 kali. Lakukan hal ini selama 2 menit.

7. Cek pernapasannya kembali
Jika sudah dilakukan 5 kali set dengan perbandingan 2 napas buatan dan 30 kali tekanan dada (2:30) atau selama 2 menit, maka cek apakah pasien sudah bisa bernapas atau belum. Jika belum maka ulangi kembali perbandingan 2:30 tersebut hingga petugas medis datang.

8. Jika pasien sudah bisa bernapas
Apabila setelah dua menit pasien bernapas, maka letakkan pada recovery position. Yaitu dalam posisi terlentang letakkan tangan kiri ke atas dan tangan kanan menyilang ke telinga, tekuk kaki kanan lalu miringkan pasien ke arah kiri dengan mendorong pundak dan kakinya secara bersamaan. Namun jika pasien tidak bernapas lagi, terlentangkan kembali dan berikan napas buatan serta tekanan di dada.

\”Tapi jika seseorang pingsan karena korban trauma dalam arti mengalami benturan, maka tidak boleh dipindahkan. Biarkan saja posisinya hingga petugas medis datang, karena salah melakukan gerakan kepala satu derajat saja bisa berakibat fatal seperti lumpuh atau kematian
Nafas Buatan (Resusitasi Jantung Paru)
Nafas Buatan disebut juga Resusitasi Jantung Paru atau Bantuan Hidup Dasar atau CPR (CardioPulmonary Resuscitation), merupakan suatu tindakan kegawatan sederhana tanpa menggunakan alat bertujuan menyelamatkan nyawa seseorang dalam waktu yang sangat singkat.

Prinsip utamanya adalah, orang yang tidak bernafas dan atau jantungnya tidak berdetak (Henti Jantung)

1. Orang yang tidak bernafas

Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernapasan dari korban/pasien. Henti napas merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar. Henti napas dapat terjadi pada keadaan:

* Tenggelam
* Stroke (Mempunyai riwayat hipertensi, trus tiba-tiba jatuh/pingsan)
* Obstruksi jalan napas (Kerusakan daerah tenggorokan)
* Epiglotitis (Peradangan Pita Suara)
* Overdosis obat-obatan
* Tersengat listrik
* Infark miokard (Serangan Jantung)
* Tersambar petir
* Koma akibat berbagai macam kasus (Pingsan tanpa penyebab)

Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk kedalam darah untuk beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat bermanfaat agar korban dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung.

2. Henti jantung

Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi darah. Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terjadinya henti jantung.

Jika Kita Bertemu Dengan Orang Seperti Diatas, Apa Yang Kita Lakukan ?

Ada dua prinsip penting, yaitu pertama jika kita bertemu dengan orang seperti diatas, jangan lupa untuk memanggil bantuan, karna RJP hanyalah tindakan pertolongan partama yang selanjutnya perlu tindakan medis, yang kedua pastikan kondisinya memang sesuai dengan kriteria RJP melalui pemeriksaan primer.

See Picture :



(Skema RJP)

Pemeriksaan Primer

Prinsip pemeriksaan primer adalah bantuan napas dan bantuan sirkulasi. Untuk dapat mengingat dengan mudah tindakan survei primer dirumuskan dengan abjad A, B, C, yaitu :

· A airway (jalan napas)

· B breathing (bantuan napas)

· C circulation (bantuan sirkulasi)

Sebelum melakukan tahapan A (airway), harus terlebih dahulu dilakukan prosedur awal pada korban/pasien, yaitu :

1. Memastikan keamanan lingkungan bagi penolong

2. Memastikan kesadaran dari korban/pasien.

Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak penolong harus melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban/pasien, dapat dengan cara menyentuh atau menggoyangkan bahu korban/pasien dengan lembut dan mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil memanggil namanya atau Pak !!! / Bu!!! / Mas!!! /Mbak !!!.

3. Meminta pertolongan.

Jika ternyata korban/pasien tidak memberikan respon terhadap panggilan, segera minta bantuan dengan cara berteriak “Tolong !!!” untuk mengaktifkan sistem pelayanan medis yang lebih lanjut.

4. Memperbaiki posisi korban/pasien.

Untuk melakukan tindakan RJP yang efektif, korban/pasien harus dalam posisi terlentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras. jika korban ditemukan dalam posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi korban ke posisi terlentang. Ingat! penolong harus membalikkan korban sebagai satu kesatuan antara kepala, leher dan bahu digerakkan secara bersama-sama. Jika posisi sudah terlentang, korban harus dipertahankan pada posisi horisontal dengan alas tidur yang keras dan kedua tangan diletakkan di samping tubuh.

5.Mengatur posisi penolong.

Segera berlutut sejajar dengan bahu korban agar saat memberikan bantuan napas dan sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi atau menggerakkan lutut.

See Picture:




(Posisi Penolong Yang Benar)


A. (AIRWAY) Jalan Napas

Setelah selesai melakukan prosedur dasar, kemudian dilanjutkan dengan melakukkan tindakan :

a) Pemeriksaan jalan napas

Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh benda asing. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan tehnik Cross Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk Pada mulut korban.

b) Membuka jalan napas

Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasa pada korban tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan menutup farink dan larink, inilah salah satu penyebab sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas oleh lidah dapat dilakukan dengan cara Tengadah kepala topang dagu (Head tild – chin lift) dan Manuver Pendorongan Mandibula (Rahang Bawah).

B. (BREATHING) Bantuan napas

Prinsipnya adalah memberikan 2 kali ventilasi sebelum kompresi dan memberikan 2 kali ventilasi per 10 detik pada saat setelah kompresi. Terdiri dari 2 tahap :

1. Memastikan korban/pasien tidak bernapas.

Dengan cara melihat pergerakan naik turunnya dada, mendengar bunyi napas dan merasakan hembusan napas korban/pasien. Untuk itu penolong harus mendekatkan telinga di atas mulut dan hidung korban/pasien, sambil tetap mempertahankan jalan napas tetap terbuka. Prosedur ini dilakukan tidak boleh melebihi 10 detik.

2. Memberikan bantuan napas.

Jika korban/pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat dilakukkan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali hembusan, waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5 – 2 detik dan volume udara yang dihembuskan adalah 7000 – 1000 ml (10 ml/kg) atau sampai dada korban/pasien terlihat mengembang. Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup. Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya 16 – 17%. Penolong juga harus memperhatikan respon dari korban/pasien setelah diberikan bantuan napas.

Cara memberikan bantuan pernapasan :

o Mulut ke mulut

Bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini merupakan cara yang tepat dan efektif untuk memberikan udara ke paru-paru korban/pasien. Pada saat dilakukan hembusan napas dari mulut ke mulut, penolong harus mengambil napas dalam terlebih dahulu dan mulut penolong harus dapat menutup seluruhnya mulut korban dengan baik agar tidak terjadi kebocoran saat mengghembuskan napas dan juga penolong harus menutup lubang hidung korban/pasien dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk mencegah udara keluar kembali dari hidung. Volume udara yang diberikan pada kebanyakkan orang dewasa adalah 700 – 1000 ml (10 ml/kg). Volume udara yang berlebihan dan laju inpirasi yang terlalu cepat dapat menyebabkan udara memasuki lambung, sehingga terjadi distensi lambung.

o Mulut ke hidung

Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut korban tidak memungkinkan, misalnya pada Trismus atau dimana mulut korban mengalami luka yang berat, dan sebaliknya jika melalui mulut ke hidung, penolong harus menutup mulut korban/pasien.

o Mulut ke Stoma

Pasien yang mengalami laringotomi mempunyai lubang (stoma) yang menghubungkan trakhea langsung ke kulit. Bila pasien mengalami kesulitan pernapasan maka harus dilakukan ventilasi dari mulut ke stoma.

C.(CIRCULATION) Bantuan sirkulasi

Terdiri dari 2 tahapan :

1. Memastikan ada tidaknya denyut jantung korban/pasien.

Ada tidaknya denyut jantung korban/pasien dapat ditentukan dengan meraba arteri karotis di daerah leher korban/ pasien, dengan dua atau tiga jari tangan (jari telunjuk dan tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba trakhea, kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kira-kira 1 – 2 cm raba dengan lembut selama 5 – 10 detik.

Jika teraba denyutan nadi, penolong harus kembali memeriksa pernapasan korban dengan melakukan manuver tengadah kepala topang dagu untuk menilai pernapasan korban/pasien. Jika tidak bernapas lakukan bantuan pernapasan, dan jika bernapas pertahankan jalan napas.

checkpulse

2. Memberikan bantuan sirkulasi.

Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung, selanjutnya dapat diberikan bantuan sirkulasi atau yang disebut dengan kompresi jantung luar, dilakukan dengan teknik sebagai berikut :

o Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga kanan atau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum).

compressionhand

o Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2 atau 3 jari ke atas. Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakan tangan penolong dalam memberikan bantuan sirkulasi.

chestcompressions

o Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan di atas telapak tangan yang lainnya, hindari jari-jari tangan menyentuh dinding dada korban/pasien, jari-jari tangan dapat diluruskan atau menyilang.

o Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 30 kali (dalam 15 detik = 30 kali kompresi) dengan kedalaman penekanan berkisar antara 1.5 – 2 inci (3,8 – 5 cm).

chestcompressions2

o Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya dan dada dibiarkan mengembang kembali ke posisi semula setiap kali melakukan kompresi dada. Selang waktu yang dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus sama dengan pada saat melakukan kompresi. (50% Duty Cycle).

o Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah posisi tangan pada saat melepaskan kompresi.

o Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 30 : 2 (Tiap 15 detik = 30 kompresi dan 2 kali tiupan nafas), dilakukan baik oleh 1 atau 2 penolong.

Dari tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik 60 – 80 mmHg, dan diastolik yang sangat rendah, sedangkan curah jantung (cardiac output) hanya 25% dari curah jantung normal. Selang waktu mulai dari menemukan pasien dan dilakukan prosedur dasar sampai dilakukannya tindakan bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.

RINGKASAN MELAKUKAN RJP (RESUSITASI JANTUNG PARU)

Sebagai Ringkasan, Penolong dapat mengikuti urutan sebagai berikut :

1. Penilaian korban

Tentukan kesadaran korban/pasien (sentuh dan goyangkan korban dengan lembut dan mantap), jika tidak sadar, maka

2. Minta pertolongan serta aktifkan sistem emergensi

3. Jalan napas (AIRWAY)

o Posisikan korban/pasien

o Buka jalan napas dengan manuver tengadah kepala-topang dagu.

4. Pernapasan (BREATHING)

Nilai pernapasan untuk melihat ada tidaknya pernapasan dan adekuat atau tidak pernapasan korban/pasien.

5. Jika korban/pasien dewasa tidak sadar dengan napas spontan, serta tidak ada trauma leher (trauma tulang belakang) posisikan korban pada posisi mantap (Recovery positiotion), dengan tetap menjaga jalan napas tetap terbuka.

6. Jika korban/pasien dewasa tidak sadar dan tidak bernapas, lakukkan bantuan napas. Di Amerika serikat dan di negara lainnya dilakukan bantuan napas awal sebanyak 2 kali, sedangkan di Eropa, Australia, New Zealand diberikan 5 kali. Jika pemberian napas awal terdapat kesulitan, dapat dicoba dengan membetulkan posisi kepala korban/pasien, atau ternyata tidak bisa juga maka dilakukan :

ü Untuk orang awam dapat dilanjutkan dengan kompresi dada sebanyak 30 kali dan 2 kali ventilasi, setiap kali membuka jalan napas untuk menghembuskan napas, sambil mencari benda yang menyumbat di jalan napas, jika terlihat usahakan dikeluarkan.

ü Untuk petugas kesehatan yang terlatih dilakukan manajemen obstruksi jalan napas oleh benda asing.

ü Pastikan dada pasien mengembang pada saat diberikan bantuan pernapasan.

ü Setelah memberikan napas 12 kali (1 menit), nilai kembali tanda-tanda adanya sirkulasi dengan meraba arteri karotis, bila nadi ada cek napas, jika tidak bernapas lanjutkan kembali bantuan napas.

7. Sirkulasi (CIRCULATION)

Periksa tanda-tanda adanya sirkulasi setelah memberikan 2 kali bantuan pernapasan dengan cara melihat ada tidaknva pernapasan spontan, batuk atau pergerakan. Untuk petugas kesehatan terlatih hendaknya memeriksa denyut nadi pada arteri Karotis.

1. jika ada tanda-tanda sirkulasi, dan ada denyut nadi tidak dilakukan kompresi dada, hanya menilai pernapasan korban/pasien (ada atau tidak ada pernapasan)
2. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, denvut nadi tidak ada lakukan kompresi dada
* Letakkan telapak tangan pada posisi yang benar
* Lakukan kompresi dada sebanyak 30 kali tiap 10 detik
* Buka jalan napas dan berikan 2 kali bantuan pernapasan.
* Letakkan kembali telapak tangan pada posisi yang tepat dan mulai kembali kompresi 30 kali tiap 10 detik.
* Lakukan 4 siklus secara lengkap (30 kompresi dan 2 kali bantuan pernapasan)

8. Penilaian Ulang

Sesudah 4 siklus ventilasi dan kompresi kemudian korban dievaluasi kembali,

ü Jika tidak ada nadi dilakukan kembali kompresi dan bantuan

napas dengan rasio 30 : 2.

ü Jika ada napas dan denyut nadi teraba letakkan korban pada posisi mantap

ü Jika tidak ada napas tetapi nadi teraba, berikan bantuan napas sebanyak 10 – 12 kali permenit dan monitor nadi setiap saat.

ü Jika sudah terdapat pernapasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga agar jalan napas tetap terbuka kemudian korban/pasien ditidurkan pada posisi sisi mantap.
READ MORE - cara memberi pernapasan buatan yang benar

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MATERI PANJAT TEBING



SEJARAH PANJAT TEBING

Panjat tebing sudah dikenal sejak sebelum zaman PD I, terutama oleh kalangan militer Namun dalam perkembangannya kegiatan ini menjadi digemari masyarakat umum.
• SEJARAH PANJAT TEBING DUNIA

- 1910 Kegiatan panjat tebing mulai dikenal pertama kali di kawasan Eropa, tepatnya di pegunungan Alpen, sebelum PD I di Austria., Teknik pemanjatan tebing dengan menggunakan tali baru dikenal pada tahun 1920. Tahun 1930 adalah tahun keemasan pemanjatan di kawasan Alpen. Mulai daritebing kecil, menengah hingga puncak -puncak tertinggi. Klimaksnya pada saat PD II meletus. PD menyebabkan frekuensi pemanjatan menurun, akan tetapi setelah PD berakhir membawa pengaruh pesat pada penciptaan dan pengadaan peralatan panjat tebing yang semakin mudah didapatkan.
- 1970 Panjat Tebing , ketika para pemanjat Amerika mengembangkan teknik-teknik baru di kawasan Yosemite.
Teknik-teknik ini sampai saat ini masih digunakan dalam pemanjatan tebing-tebing besar. Rata – rata yang mendomisili pengembangan dunia olahraga ini adalah pemanjat Amerika dan Inggris yang kemudian menggunakan sistem dan teknik yang sama, yang sebelumnya terkotak kotak menurut negaranya masing masing. Selain itu juga turut berperan dalam pengembangan kegiatan ini adalah negara Perancis yang menawarkan teknik pemanjatan yang mengarah pada olahraga murni.
- 1980 perkembangan panjat tebing semakin meluas mulai dari Eropa, Amerika hingga Asia. Sehingga membuatnya terlepas dari induknya (mendaki gunung) dan membentuk wujudnya sendiri yaitu olah raga panjat tebing.
• SEJARAH PANJAT TEBING INDONESIA

- 1960 Di Indonesia panjat tebing dikenal sejak tahun 60`an dimana berdiri beberapa perkumpulan/kelompok Pecinta Alam Universitas Indonesia dan Wanadri yang mempunyai akar kegiatan mendaki gunung.
- 1975 kegiatan panjat tebing secara utuh dan tersendiri .
Waktu itu beberapa orang yang sekarang dikenal sebagai tonggak kebangkitan Panjat Tebing Indonesia antara lain Harry Suliztiarto, Agus Resmonohadi, Heri Hermanu dan Deddy Hikmat mulai latihan di tebing Citatah, Jawa Barat.
- 1988 kantor Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga bekerjasama dengan Pusat Kebudayaan Perancis (CCF) mengundang 3pemanjat profesional Perancis yaitu; Patrick Bernhault, Jean Baptise Tribout dan Corrine Lebrune serta seorang instruktur Teknis Panjat Tebing Jean Harau yang kemudian memunculkan inspirasi untuk mendirikan FGTI
- 1989FEDERASI PANJAT TEBING GUNUNGINDONESIA (FPTGI) dan melalui ikrar yang dikeluarkan oleh sekitar40`an orang dari perkumpulan PA yang ada di Jakarta, Bandung, Padang, Medan, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Ujung Pandang di Tugu Monas tanggal 21 April 1988.
- 1992FPTGI kemudian berubah nama hanya menjadi Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) dan FPTI diakui menjadi anggota Union Internationale des Assosiations d`Alpinisme (UIAA) yang mewadahi organisasi panjat tebing dan gunung internasional. UIIA merupakan organisasi olahraga dunia yangbertaggung jawab pada semua kegiatan olahraga dunia termasuk Olimpiade.
- 1994 secara resmi FPTI diakui sebagai induk olahraga panjat tebing oleh KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia)
- 1996 Sejak itu Olahraga Panjat Tebing diikutkan dalam PON

Dasar-dasar panjat tebing
Namanya juga hobi panjat tebing, tentu saja tebing merupakan prasarana dalam kegiatan panjat tebing. Pengetahuan dasar tentang tebing yang harus diketahui antara lain: Bentuk tebing, bagian tebing yang dilihat secara keseluruhan mulai dasar sampai puncak. Bagian-bagiannya antara lain blank (bentuk tebing yang mempunyai sudut 90derajat atau biasa disebut vertikal), overhang (bentuk tebing yang mempunyai sudut kemiringan antara 10-80 derajat), roof (bentuk tebing
yang mempunyai sudut 0 atau 180 derajat, terletak menggantung), teras (bentuk tebing yang mempunyai sudut 0 atau 180 derajat, terletak menjorok ke dalam tebing), dan top (bagian tebing paling atas yang merupakan tujuan akhir suatu pemanjatan).
Lalu ada soal permukaan tebing yang merupakan bagian dari tebing yang nantinya akan digunakan untuk berpegang dan berpijak dalam suatu pemanjatan. Bagian ini di kategorikan menjadi tiga bagian: face (permukaan tebing yang mempunyai tonjolan), slap/friction (permukaan tebing yang tidak mempunyai tonjolan atau celah, rata, dan mulus tidak ada cacat batuan), dan fissure (permukaan tebing yang tidak mempunyai celah/crack).
Dengan mengenali pengenalan dasar atas medan yang hendak ditempuh, para pemanjat akan langsung bisa mempersiapkan teknik penaklukannya dan mengurangi tingkat kesulitannya.
Untuk memudahkan estimasi tingkat kesulitan tersebut, biasanya digunakan sistem desimal yang dimulai dari angka lima (mengacu pada standar tingkat kesulitan yang dibuat oleh Amerika).
Tingkat kesulitan 5,7-5,8 adalah tingkat kesulitan pemanjatan yang amat mudah. Lintasan pemanjatan untuk pegangan dan pijakan sangat banyak, besar, dan mudah didapat. Sudut kemiringan tebing belum mencapai 90 derajat.
Tingkat kesulitan 5,9. Tingkat kesulitan pemanjatan yang mulai agak sulit karena jarak antara pegangan dan pijakan mulai berjauhan tetapi masih banyak dan besar.
Tingkat kesulitan 5,10. Pada tingkat ini pemanjatan mulai sulit karena komposisi pegangan dan pijakan sudah bervariasi besar dan kecil. Jarak antar celah dan tonjolan mulai berjauhan. Terdapat dua tumpuan tangan dan satu tumpuan kaki, faktor keseimbangan mulai dibutuhkan.
Tingkat kesulitan 5,11. Tingkat kesulitan ini lebih sulit lagi karena letak antara pegangan yang satu dengan pegangan yang lainnya berjauhan dan kecil-kecil yang hanya bisa dipegang oleh beberapa jari saja, kedua tungkai melakukan gerakan melebar agar kaki dapat bertumpu pada tumpuan berikutnya. Keseimbangan tubuh sangat berpengaruh, bentuk tebing yang dilalui pada lintasan ini terdapat variasi antara tebing gantung dan atap.
Tingkat kesulitan 5,13-5,14. Jalur lintasan ini bervariasi antara tebing gantung dan atap dengan satu tumpuan kaki dan satu tumpuan tangan. Pemanjat mulai melakukan gerakan gesek (friction) dan bertumpu pada ujung jari (edginh) bahkan harus mengaitkan tumit pada pijakan (hooking).
Selain kriteria kesulitan ini, Negara lain juga membuat tingkat kesulitan sesuai dengan penilaian masing-masing, antara lain Jerman, Perancis, UIAA (Union Internationale des Association Alpines).
Tehnik Dasar yang Umum
1. Pertahankan 3 titik kontak. 2 tangan dan 2 kaki total semuanya jadi 4 kontak. Waktu kamu manjat usahakan 1 kontak mencari pegangan atau pijakan dan 3 lainnya tetap menempel pada tebing. Dengan cara ini kamu enggak bakal cepet cape.
2. Usahakan tangan selalu lurus ( jangan membengkokan siku). Waktu meraih pegangan tangan setinggi apapun segera jatuhkan badan kamu dengan menekuk kedua lutut dan meluruskan tangan. Kalo kamu terus2an membengkokan siku waktu manjat dan mencengkram dengan keras dijamin tangan kamu cepet lemes. Dengan tangan lurus sebagian beban tubuh ditunjang oleh otot bahu dan dada jadinya lebih enteng.
3. Manjat dengan kaki dan bukan tangan. Karena kaki lebih kuat maka sering2lah mendorong vertikal dengan kaki kamu bukannya menarik vertikal dengan tangan kamu.
Dalam penguasaan tehnik kita juga harus familiar dengan medan tempur. Jenis bebatuan tebing akan sangat menentukan tehnik apa yang kita perlukan agar bisa manjat kepuncak dengan mulus. Tebing dan bebatuanlah yang bakal mendikte kita dan memaksa kita untuk begini dan begitu. Proses inilah yang membuat pemanjat tebing dan seorang pelaku boulder (pemanjat batuan besar) bersahabat dengan alam. Makanya selain kita harus tau nama dari tehnik itu sendiri kita juga harus mengenal nama dari bentuk pegangan/ pijakan yang bakalan dipake.




TEKNIK PANJAT TEBING


mima
A. STRUKTUR GUNUNG
Dengan mengetahui struktur suatu gunung, akan lebih mudah bagi kita untuk merencanakan sebuah rute yang akan didaki. Merencanakan tempat untuk berhenti istirahat, dan sebagainya. Faktor lain yang memiliki kaitan erat adalah musim dan cuaca terutama arah angin. Akan lebih sulit apabila kita mendaki dinding selatan pada saat angin bertiup kencang dari arah selatan daripada kalau angin bertiup dari utara.
Sebelum seseorang memanjat tebing, seperti juga pada Hill Walking, maka diperlukan pengetahuan rute yang akan diambil. Di negara-negara maju disediakan buku petunjuk rute suatu tebing dengan tingkat kesulitannya. Pendaki dapat memilih rute yang akan didaki dengan memperhitungkan kemampuannya.
B. PERALATAN PANJAT TEBING
1. Tali
Fungsi utama tali adalah untuk melindungi pendaki dari kemungkinan jatuh sampai menyentuh tanah (freefall). Berbagai jenis tali yang digunakan dalam Panjat Tebing adalah :
a. Tali serat alam
Jenis tali ini sudah jarang digunakan. Kekuatan tali ini sangat rendah dan mudah terburai. Tidak memiliki kelenturan, sehingga membahayakan pendaki.
b. Hawser Laid
Tali sintetis, plastik, yang dijalin seperti tali serat alam. Masih sering digunakan terutama untuk berlatih turun tebing. Tali ini relatif lebih kuat dibanding tali serat alam dan tidak berserabut. Kelemahannya adalah kurang tahan terhadap zat kimia, sulit dibuat simpul dan mempunyai kelenturan rendah serta berat.
c. Core dan Sheat Rope (Kernmantel Rope)
Tali yang paling banyak digunakan saat ini, terdiri dari lapisan luar dan dalam. Yang terkenal adalah buatan Edelrid, Beal dan Mammut. Ukuran tali yang umum dipakai bergaris tengah 11 mm, panjang 45 m. Untuk pendakian yang mudah, snow climbing, atau untuk menaikkan barang dipakai yang berdiameter 9 mm atau 7 mm. Tali ini memiliki sifat-sifat :
- Tidak tahan terhadap gesekan dengan tebing, terutama tebing laut (cliff). Bila dipakai untuk menurunkan barang, sebaiknya bagian tebing yang bergesekan dengan tali diberi alas (pading). Tabu untuk menginjak tali jenis ini.
- Peka (tidak tahan) dengan zat kimia.
- Tidak tahan terhadap panas. Bila tali telah dicuci sebaiknya dijemur di tempat teduh.
- Memiliki kelenturan yang baik bila mendapat beban kejut (karena pendaki jatuh, misalnya)
Pada umumnya tali-tali tersebut akan berkurang kekuatannya bila dibuat simpul. Sebagai contoh, simpul delapan (figure of eight) akan mengurangi kekuatan tali sampai 10%.
Karena sifat tali yang demikian, maka dibutuhkan perawatan dan perlakuan yang baik dan benar. Cara menggulung tali juga perlu diperhatikan agar tidak kusut, sehingga tidak mudah rusak dan mudah dibuka bila akan digunakan. Ada beberapa cara menggulung tali, antara lain :
- Mountaineers coil
- Skein coil
- Royal robin style
gambar2. berbagai teknik menggulung tali
2. Webbing (tali pita) dan Sling
Seringkali kita menyebut webbing sebagai sling atau sebaliknya. Webbing memiliki bentuk seperti pita, dan ada dua macam. Pertama lebar 25 mm dan berbentuk tubular, sering digunakan untuk :
- Harness (tali tubuh), swami belt, chest harness, atau
- Alat bantu peralatan lain, sebagai runners (titik pengaman), tangga (etrier) atau untuk membawa peralatan.
Webbing yang lain memiliki lebar 50 mm dan berbentuk pipih, yang biasa digunakan untuk macam-macam body slings. Webbing yang sering disebut juga sebagai flat rope adalah produk sampingan perang dunia II.
gambar 3. carabiner screw gate
3. Carabiners (snapring, snapling, cincin kait)
Secara prinsip, carabiner digunakan untuk menghubungkan tali dengan runners (titik pengaman), sehingga carabiner dibuat kuat untuk menahan bobot pendaki yang terjatuh.
Persyaratan yang harus dibuat oleh assosiasi pembuat peralatan panjat tebing mengharuskan carabiner dapat menahan bobot 1200 kilogram force (kp) atau sekitar 2700 pounds. Sedangkan beban maksimum yang diperbolehkan adalah sekitar 5000 pounds.
Carabiner yang terbuat dari campuran alumunium (Alloy) ini sangat ringan dan cukup kuat, terutama yang bebentuk D. Carabiner yang terbuat dari baja mempunyai kekuatan yang sangat tinggi sampai 10.000 pounds tetapi relatif berat bila dibawa dalam jumlah banyak untuk suatu pendakian.
Berikut ini adalah tabel daftar carabiners, pabrik pembuat dan kekuatan menahan bobot. Bagian yang paling lemah dari carabiner adalah pin, carabiner bentuk D relatif lebih aman dibanding bentuk oval, karena terdapat cekungan yang memberi ruang bagi pin saat carabiner mendapat beban. Kelebihan dari carabiner bentuk oval adalah relatif mudah dikaitkan pada piton.
tabel 2. kekuatan carabiner
Ada carabiner yang dilengkapi tutup pada pintunya (screw gate). Hal ini dimaksudkan agar carabiner tidak tebuka gatenya karena sesuatu hal. Tentunya carabiner ini lebih berat dibandingkan yang tanpa tutup (non screw gate).
4. Piton (peg, paku tebing)
Terbuat dari bahan metal dalam berbagai bentuk. Berfungsi sebagai pengaman, piton ini ditancapkan pada rekahan tebing. Sebagai kelengkapan untuk memasang atau melepas piton digunakan hammer.
gambar 4. Piton
Pada umumnya piton dapat digolongkan dalam 4 jenis, yaitu Bongs, Bugaboos, Knife-blades dan Angle. Piton jenis angle, knife-blades, dan bongs biasanya digunakan untuk rekahan horizontal maupun vertikal. Sedangkan yang bugaboos biasanya dibuat khusus untuk horizontal atau vertikal saja.
Cara pemasangan piton sangat sederhana. Setelah memeriksa rekahan yang akan dipasang piton, kita memilih piton yang cocok dengan rekahan, lalu ditancapkan dan pukul dengan hammer. Salah besar kalau kita memilih piton dulu baru memilih rekahan pada tebing. Untuk mengetahui rapuh tidaknya rekahan yang akan kita pasang piton, adalah dengan memukulkan hammer pada tebing sekitar rekahan. Suara yang nyaring menunjukkan rekahan tersebut tidak rapuh.
Adakalanya rekahan yang kita hadapi membutuhkan cara pemasangan yang berbeda dan atau perlu dimodifikasi dengan alat lain, sehingga perlu beberapa cara khusus dalam pemasangannya.
Cara melepas piton adalah dengan menggunakan hammer yang kita pukulkan pada mata piton searah dengan rekahan sampai pada akhirnya piton dapat ditarik.
gambar 5. Berbagai jenis piton dan hammer
gambar 6.Memasang Piton
5. Chock
Disamping piton, chock juga berfungsi sebagai alat pengaman (runners). Dibuat dalam beberapa jenis dan ukuran, dapat dibagi menjadi : sling chock, wired chock, dan rope chock. Diantaranya berbentuk hexentric dan foxhead.
gambar 7. Chock dan pemasangannya
Chock dibuat dari alumunium alloy sehingga sangat ringan. Cara memasang chock adalah dengan menyangkutkan pada rekahan. Sangat disukai pemanjat yang berpengalaman, karena mudah menempatkannya pada rekahan dan tidak memerlukan tenaga serta waktu banyak seperti halnya memasang piton.
6. Ascendeur
Ascendeur digunakan sebagai alat bantu naik, merupakan perkembangan dari prusik, mudah mendorongnya ke atas tapi dapat menahan beban. Dalam menggunakan ascendeur sebaiknya menggunakan sling terlebih dahulu sebelum disangkutkan pada carabiner. Ascendeur terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
a. Jumar
Merupakan alat bantu naik pertama, terbuat dari kerangka alumunium dan baja. Alat ini dapat dipakai untuk tali berdiameter 7 – 11 mm dan berkekuatan 1100 pounds. Jumar sendiri dapat dibagi menjadi 3 macam :
- Standard jumar
- Jumar
- Jumar CMI 5000 (ColoradoMountains Industries). Jenis ini mempunyai kekuatan sekitar 5000 pounds dan carabiner dapat langsung disangkutkan pada kerangkanya.
b. Clog
Alat naik mekanis yang lain, mempunyai prinsip kerja yang sama seperti jumar. Alat ini banyak digunakan di Inggris.
7. Descendeur
Alat ini digunakan turun tebing (abseiling, rapeling). Pada prinsipnya untuk menjaga agar pendaki tidak meluncur bebas. Keuntungan lainnya adalah tubuh tidak tergesek tali, sehingga tidak terasa panas.
gambar 8. jenis descendeur
Beberapa jenis descendeur :
a. Figure of eight
b. Brake bar
c. Bobbin (petzl descendeur)
- single rope
- double rope
d. Modifikasi carabiner . Carabiner yang kita susun sedemikian rupa sehingga berfungsi semacam brake bar.
8. Etrier (tangga)
Bila rute yang akan dilalui ternyata sulit, karena tipisnya pijakan dan pegangan, maka etrier ini sangat membantu untuk menambah ketinggian. Pada Atrificial Climbing, etrier menjadi sangat vital, sehingga tanpa alat ini seorang pendaki akan sulit sekali untuk menambah ketinggian.
gambar 9. etrier
9. Harness
Harness sangat menolong untuk menahan tubuh, bila pendaki terjatuh, Juga akan mengurangi rasa sakit dibandingkan bila kita menggunakan tali langsung ke tubuh dengan simpul bowline on a coil.
Harness yang baik tidak akan mengganggu gerak tubuh dari pendaki. Akan tetapi sangat terasa gunanya bila pendaki dalam posisi istirahat.
Jenis – jenis harness :
a. Full body harness
Harness ini melilit di seluruh tubuh, relatif aman dan biasanya dilengkapi dengan sangkutan alat disekeliling pinggang. Sering dipakai di medan salju/es.
b. Seat harness
Harness ini lebih sering dipakai, mungkin karena tidak begitu mengganggu pendaki dalam bergerak. Seat harness dapat dibuat dari webbing (swami belt) dan diapersling atau dengan menggunakan figure of eight sling.
10. Helm
Bagian tubuh yang paling lemah adalah kepala, sehingga perlu mengenakan helm untuk melindungi dari benturan tebing saat pendaki terjatuh atau bila ada batu yang berjatuhan. Meskipun helm agak mengganggu, tetapi kita akan terhindar dari kemungkinan terluka atau keadaan fatal.
11. Sepatu
Sepatu sangat berpengaruh pada suatu pendakian, ini pun tergantung pada medan yang akan dilalui. Untuk medan batu kapur yang licin dipakai sepatu yang bersol tipis dan rata. Sedangkan untuk medan sand stone (batu pasir) atau medan basah dipakai yang bersol tebal dan bergerigi. Sepatu panjat biasa dibuat tinggi, untuk melindungi mata kaki.
C. PENGETAHUAN TALI-TEMALI
Tati-temali merupakan pengetahuan dasar penting untuk seorang pendaki. Beberapa simpul yang perlu diketahui adalah:
1. Figure of eight knot (simpul delapan)
Paling sering dipakai, mudah dibuat serta melepaskanya setelah mendapat beban. Simpul ini dipakai untuk menyambung tali.
gambar 10. Figure of Eight Knot dan Water Knot
2. Water knot (simpul pita)
Sering digunakan untuk menyambung webbing/sling/tali pita, meskipun dalam keadaan basah.
3. Bowline
Biasanya dipakai untuk anchor (titik tambat), karena sifatnya yang bila mendapat beban akan semakin mengikat. Bowline terdiri dari :
a. Basic bowline
b. Bowline on the bight
gambar 11. Basic Bowline dan Bowline on The Bight
4. Fisherman’s knot (simpul nelayan)
Simpul ini sangat baik untuk menyambung tali, baik tali dalam keadaan basah ataupun bila dua tali yang disambung berbeda ukuran. Yang biasa digunakan :
a. Single fisherman’s knot
b. Double fisherman’s knot
gambar 11. Single Fisherman’s knot dan Double Fisherman’s knot
5. Sheet bend
6. Prusik
7. Overhand Loop
gambar 12. Sheet band, Prusik dan Overhand Loop
D. PRAKTIK PANJAT TEBING
1. Bergerak
Bergerak pada tebing lebih menuntut perhatian kita dalam menggunakan kaki. Pijakan kaki yang mantap akan lebih memudahkan kita dalam bergerak dan untuk memperoleh keseimbangan tubuh. Seorang yang baru belajar panjat tebing biasanya akan memusatkan perhatian pada pegangan tangan. Hal ini justru akan mempercepat lelah dan kehilangan keseimbangan.
Tangan sebenarnya hanya membantu kaki dalam mencapai keseimbangan tersebut, kecuali untuk kasus-kasus tertentu, seperti melewati overhang, layback, dsb. Untuk itu, bagi pemula sebaiknya memusatkan perhatian untuk mencari pijakan (foot hold). Dan membisikkan pada dirinya sendiri “lihat ke bawah….!”.
Unsur terpenting dalam panjat tebing adalah keseimbangan; bilamana menempatkan tubuh, sehingga beban tubuh dapat terpusat pada titik-titik pijakan. Prinsip tiga point sangat baik untuk diterapkan. Yaitu hanya menggerakan satu anggota badan saja (kaki kiri/kanan dan tangan kiri/kanan), sementara tiga anggota badan lain tetap pada pijakan/pegangan.
Kesalahan lain yang biasa dibuat oleh seorang pemanjat pemula adalah menempelkan tubuhnya rapat ke tebing. Hal ini justru merusak keseimbangannya. Tubuh yang menempel pada tebing akan menyusahkan seorang pendaki dalam bergerak.
Dalam melakukan gerakan, tidak perlu mencari pegangan yang terlalu tinggi karena akan cepat menguras tenaga. Seperti halnya bila kita berjalan dengan langkah lebar tentu akan cepat lelah. Bergeraklah seperti ‘puteri solo’, melakukan langkah kecil, tenang tapi pasti.
Hal lain yang mendukung dalam setiap jenis olahraga adalah semangat. Dengan berlatih serius tentu kita akan dapat bergerak dengan anggun. Ada perkataan seperti ini, “The best training for rock-climbing is rock-climbing”, ya berlatih panjat tebing sebaiknya ditebing, melakukan panjat tebing itu sendiri.
Sekali lagi, cobalah untuk mengingatkan diri sendiri dengan membisikkan kata-kata, “lihat ke bawah….”.
2. Menggunakan Kaki
Dalam setiap gerakan, pengerahan energi harus diperhitungkan, sehingga pada saat dibutuhkan, energi tersebut dapat dikerahkan secara penuh. Konservasi energi dengan koordinasi antara otak dengan tubuh adalah keseimbangan antara apa yang terpikir dan apa yang mampu dilakukan tubuh kita.
Posisi telapak kita jelas akan menentukan ketepatan titik beban pada kaki. Menempelkan lutut pada tebing justru akan merusak keseimbangan. Usahakan untuk merencanakan penempatan kaki dahulu sebelum mencari pegangan tangan. Gambar di bawah menunjukkan beberapa penempatan kaki.
3. Menggunakan Tangan
Setelah menempatkan posisi kaki dengan benar, tangan akan membantu dalam mencapai keseimbangan tubuh seseorang pendaki dengan memanfaatkan rekahan atau tonjolan batu. Rekahan tersebut bisa berupa rekahan kecil dan besar yang cukup untuk seluruh badan. Tonjolan secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga macam, tonjolan tajam (incut), tonjolan datar (flat), dan tonjolan bulat (rounded/sloping).
Berdasarkan retakan dan tonjolan tebing, maka pegangan dapat dibagi menjadi beberapa macam:
a. Pegangan biasa
Untuk tonjolan yang cukup besar (incut dan flat), seluruh tangan dapat digunakan, tapi ada kalanya sangat kecil sehingga hanya jari yang dapat digunakan.
gambar 13. Flat Hold, Pressure push hold
b. Pegangan Tekan (pressure push hold)
Pegangan ini diperoleh dengan cara mendorong tangan pada bidang batu yang cukup luas.
c. Pegangan Jepit
Jenis ini dipakai untuk tonjolan bulat (rounded atau slopping). Kalau tonjolan ini cukup besar bisa seluruh tangan digunakan, tetapi bila kecil hanya jari saja yang digunakan.
d. Jamming
Pegangan ini dilakukan secara khusus, yaitu dengan cara menyelipkan tangan sehingga menempel dengan erat. Sesuai besar kecilnya celah batu jamming dibagi atas beberapa macam:
- jamming dengan jari atau tangan (finger and hand jamming)
- jamming dengan kepalan atau lengan (fist and arm jamming)
gambar 14. Jamming
4. Gerakan Khusus Dalam Panjat Tebing
Dalam bergerak, sering dijumpai kondisi medan yang sulit dilewati dengan hanya mengandalkan teknik pegangan biasa. Untuk itu, ada beberapa gerakan khusus yang penting diketahui.
a. Layback
Diantara dua tebing yang berhadapan dan membentuk sudut tegak lurus, sering dijumpai suatu retakan yang memanjang dari bawah ke atas. Gerakan ke atas untuk kondisi tebing seperti itu dengan mendorong kaki pada tebing di hadapan kita dan menggeser-geserkan tangan pada retakan tersebut ke atas secara bergantian pada saat yang sama. Gerakan ini sangat memerlukan pengerahan tenaga yang besar, karenanya gerakan harus dilakukan secara tepat sebelum tenaga kedua tangan habis.
b. Chimney
Bila kita menemukan dua tebing berhadapan yang membentuk suatu celah yang cukup besar untuk memasukkan tubuh, cara yang dilakukan adalah dengan chimney yaitu dengan menyandarkan tubuh pada tebing yang satu dan menekan atau mendorong kaki dan tangan pada dinding yang lain. Tindakan selanjutnya adalah dengan menggeser-geserkan tangan, kaki dan tubuh sehingga gerakan ke atas dapat dilakukan. Berdasarkan lebar celah batu yang kita hadapi, maka chimney dapat dibagi atas:
- Wriggling
Wriggling dilakukan pada celah yang tidak terlalu luas sehingga cukup untuk tubuh saja.
- Backing Up
Backing Up dilakukan pada celah yang cukup luas, sehingga badan dapat menyusup dan bergerak lebih bebas.
- Bridging
Bridging dilakukan pada celah yang sangat lebar sehingga hanya dapat dicapai apabila merentangkan kaki dan tangan selebar-lebarnya.
c. Mantelshelf
Dilakukan bila menghadapi suatu tonjolan datar atau flat yang luas sehingga dapat menjadi tempat untuk berdiri. Caranya yaitu dengan menarik tubuh dengan kekuatan tangan dan tolakan kaki sehingga dapat melalui tonjolan tadi. Salah satu kaki kemudian menginjak dataran batu tersebut sejajar dengan tangan, disusul dengan kaki yang lainnya.
d. Cheval
Cara ini dilakukan pada batu yang biasa disebut arete yaitu bagian punggung tebing batu dengan bidang yang sangat tipis dan kecil.Pendaki yang menggunakan cara ini mula-mula duduk seperti menungang kuda pada arete, lalu dengan kedua tangan menekan bidang batu dibawahnya, ia mengangkat atau memindahkan tubuhnya ke atas.
e. Traversing
Adalah gerakan menyamping atau horisontal dari suatu tempat ke tempat lain. Gerakan ini dilakukan untuk mencari bidang batu yang baik untuk dipanjat, untuk mencari rute yang memungkinkan menuju ke atas. Karena gerakan ini horisontal, biasanya lebih banyak digunakan tangan dari pada kaki (hand traveserse).
f. Slab Climbing / Friction Climbing
Dilakukan pada tebing yang licin dan tanpa celah atau rekahan serta kondisi tidak terlalu curam.
5. Leading and Runners
a. Leading (memimpin pendakian)
Umumnya dalam setiap pendakian, harus ada seorang yang menjadi pendaki pertama (leader), biasanya dipilih seorang yang berpengalaman. Untuk menjadi leader dibutuhkan pengetahuan yang cukup tentang panjat tebing. Ketenangan dalam menyelesaikan rute-rute sulit, menempatkan piton-piton dan chock dengan tepat, keyakinan untuk bergerak ke atas dengan mulus serta dengan keyakinan pula menempatkan diri pada posisi istirahat. Bila rute tersebut masih asri / belum terjamah sebelumnya, maka menciptakan rute baru menurut seorang pendaki terkenal merupakan karya seni yang luar biasa. Untuk mengamankan dirinya dari kemungkinan jatuh, seorang leader akan menempatkan suatu rangkaian jalur pengaman pada tempat-tempat yang tepat. Jalur pengaman (runners) yang dibuat selurus mungkin, ini dimaksudkan untuk mengurangi gesekan antara karabiner dengan tali pengaman. Hal ini untuk mencegah copotnya runners.
b. Runners
Runners adalah tempat tumpuan tali pengaman yang dipasang oleh pendaki pertama untuk memperkecil jarak jatuh yang mungkin timbul. Semakin banyak runners yang dipakai, makin terjaga pula pengamanan untuk si pendaki. Akan tetapi banyak juga para pendaki yang beranggapan bahwa pemakainan runners harus sesedikit mungkin, untuk menjaga kelestarian tebing bersangkutan. Runners umumnya dipakai untuk proteksi pendaki pertama, akan tetapi untuk kasus-kasus tertentu bisa juga dipakai untuk proteksi pendaki kedua. Sesuai perkembangan peralatan panjat tebing, runners dapat dibentuk dari banyak alat. Akan tetapi pada prinsipnya runners dapat dibentuk dengan piton, sling, dan chock.
6. Belaying dan Anchor
a. Belaying
Merupakan hal yang penting dalam suatu rangkaian panjat tebing (claimbing chain). Belayer yang baik harus terlatih sehingga dapat menyelamatkan leader, bila leader terjatuh. Untuk itu dibutuhkan latihan, disamping memahami cara-cara yang tepat. Komunikasi antara belayer dengan leader harus jelas dan dimengerti oleh kedua belah pihak. Karena adakalanya leader minta belayer untuk mengendorkan tali (slack) ataupun mengencangkan tali (tension). Cara penempatan anchor untuk belayer dan teknik belay yang baik dapat dilihat pada gambar di bawah.
b. Anchor
Anchor (jangkar) adalah suatu titik keamanan awal dimana yang kita buat disangkutkan di sana. Anchor berguna untuk mengikatkan tali yang telah bersimpul tersebut dan dipakai untuk rappeling (turun), naik (memakai alat) atau untuk mengikatkan seseorang bila ia menjadi seorang belayer. Ada anchor alamiah yang relatif kuat dan ada pula anchor buatan dengan bantuan piton, bolt, chock, sling, dan etrier. Anchor buatan umumnya dipakai bila sama sekali tidak ada anchor alamiah misalnya pada suatu pitch di tengah-tengah tebing.
gambar 16. Membuat Anchor Bolt
c. Belaying dan penggunaan Runners
Ada beberapa pendaki yang senang melakukan panjat tebing seorang diri, tetapi kebanyakan kegiatan ini dilakukan oleh satu kelompok yang terdiri dari beberapa pendaki. Dalam ‘free climbing’ beberapa alat pendakian juga digunakan, meskipun pemakaian terbatas untuk proteksi saja. Tali misalnya, bukan untuk memanjat atau pegangan, tapi untuk tali pengaman (safety rope) yang menghubungkan pendaki dengan pendaki lain yang menjadi belayer.
Demikian halnya alat-alat lain seperti karabiner, piton, chock atau sling yang semuanya digunakan untuk proteksi. Pendakian oleh satu kelompok dipandang sebagai suatu hal yang menjamin keamanan para pendaki. Pendaki pertama diikat dengan tali pengaman yang dihubungkan dengan pendaki kedua yang melakukan belaying. Untuk menghindarkan akibat jatuh yang fatal, maka jarak jatuh si pendaki dengan belayer harus dipersempit. Caranya yaitu dengan menempatkan runners (running belay) pada jarak-jarak di tebing batu. Dengan menempatkan runners sebanyak mungkin, diharapkan faktor kejatuhan (fall factor) dapat diperkecil.
Bila pendaki pertama berhasil mencapai tempat berpijak yang aman, maka sekarang ia membantu mengamankan pendaki kedua dengan memberikan belaying (upper belay). Jarak antara tempat pendaki pertama berpijak dengan pendaki kedua yang menjadi belayer (low belaying) secara teknis disebut “pitch”. Jadi banyak pitch pada satu tebing tergantung frekuensi belaying yang dilakukan.
7. Abseiling (Rapeling)
Setelah mencapai puncak tebing, persoalan berikutnya adalah bagaimana turun kembali. Pada saat turun, pandangan pendaki tidak seluas atau sebebas ketika mendaki. Inilah sebabnya mengapa turun lebih sulit dari pada mendaki. Karenanya alat sangat diperlukan pada saat turun tebing (abseiling/rapeling). Cara turun dengan menggunakan tali melalui gerakan atau sistem friksi sehingga laju luncur pendaki dapat terkontrol.
Berdasarkan pemakaian alat maka abseiling dapat dibagi atas : teknik tanpa karabiner (classic method) dan teknik dengan karabiner (crab method).
gambar 17. Abseiling
a. Teknik Dulfer
Cara klasik dalam turun tebing. Hanya menggunakan tali luncur (abseiling rope) yang diletakkan diantara dua kaki lalu menyilang dada dan melalui bahu. Laju turun ditahan dengan satu tangan.
b. Teknik Modified Dulfer
Teknik semi klasik. Menggunakan karabiner tersebut tali luncur menyilang ke salah satu bahu lalu dipegang oleh satu tangan untuk kontrol.
c. Teknik Komando
Di Indonesia, cara ini sering dipakai oleh para komando. Caranya dengan melilitkan karabiner dengan tali sebanyak dua kali, dan dengan melewati antara kaki maka laju badan dikontrol dengan gerakan tali luncur tersebut pada salah satu tangan. Adakalanya tali luncur tersebut tidak melalui dua kaki tetapi hanya satu paha, lalu gerakan friksinya diatur oleh tangan yang sejajar dengan paha tersebut.
d. Teknik Brake Bar
Empat buah karabiner disusun melintang sedemikian rupa sehingga merupakan sistem friksi (lihat kembali: descendeur), lalu tali luncur melewatinya dengan dikontrol oleh satu tangan pendaki. Sistem friksi kemudian dikembangkan dengan sistem descendeur khusus yang disebut bar crab.
Abseiling dengan penggunaan karabiner atau tanpa karabiner dilakukan pada tebing batu yang tidak terlalu tinggi. Bila kita berhadapan dengan satu tebing yang panjang atau tinggi, maka cara ini tidak dianjurkan.Untuk kasus seperti itu dapat menggunakan descendeur, seperti figure of eight, bobbin atau brake bar.
Karena abseiling sangat tergantung pada alat yang dipakai maka persiapan penggunaanya harus betul-betul diperhatikan. Pastikan bahwa ikatan pada anchor benar-benar kuat. Periksa kembali apakah ujung tali telah disimpul. Sebaiknya selain abseile rope persiapkan juga safety rope yang diamankan oleh pendaki kedua.
Dengan memasang karabiner untuk meluncur, mutlak diperhatikan arah pintu (gate) karabiner tersebut. Ingat prinsip friksinya jangan sampai terbalik tetap gate karabiner. Kalau perlu screw gate karabiner.Tangan yang mengontrol laju tidak boleh dilepas, karena luncuran yang tidak terkontrol dapat berakibat fatal.
Jangan memaksa untuk melakukan lompatan pada abseiling, kecuali pada tebing yang menggantung (overhang). Turunlah perlahan-lahan, lompatan akan memberi tekanan pada tali sehingga kemungkinan tali lepas atau aus lebih besar. Lagi pula, lompatan sering membuat pendaki lepas kontrol dan mendarat kurang tepat.
8. Urutan Suatu Pendakian
a. Memilih rute
Pada umumnya dipilih berdasarkan data-data yang sudah ada, misalnya dari buku-buku panduan atau dari para pendaki yang pernah melewatinya.
b. Mempersiapkan peralatan
Persiapkan peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan rute yang dipilih.
c. Menentukan leader
Leader dipilih oleh mereka yang dianggap lebih berpengalaman. Apabila dalam regu tersebut kemampuannya sama, leader dapat bergantian.
d. Mempersiapkan pendakian
- Buat anchor pada posisi yang tepat.
- Leader mempersiapkan diri, yaitu seluruh peralatan pendakian yang ditempatkan pada gantungan yang tersedia atau pada sekeliling harness.
- Belayer mempersiapkan diri, yaitu dengan mengikatkan diri pada anchor.
- Aba-aba. Apabila leader telah siap, dia akan berkata “ belay on” dan disahuti oleh belayer dengan “on belay”.
e. Memulai pendakian
- Leader naik menuju pitch (belayer harus seksama memperhatikan seluruh gerakan yang dilakukan oleh leader, cara memasang chock, melewati overhang/tebing atap/tebing yang menggantung istirahat, memasang sling, dsb.
- Leader menyangkutkan tali pengaman pada runner yang dibuatnya.
- Berikutnya kadang-kadang leader melakukan gerakan khusus atau menggunakan tangga untuk dapat terus naik.
- Bila leader jatuh akan tertolong oleh belayer bila runner telah terpasang kuat.
- Setelah cukup tinggi sekitar 40 meter lebih, leader akan mencari tempat yang cukup aman untuk memasang anchor.
- Adakala sebelum setinggi itu terdapat teras lebih baik anchor dipasang di sini. Bila leader merasa cukup aman terikat pada anchor yang dibuat dia akan berkata “belay off”
- Leader telah menyelesaikan pitch I
f. Belayer mempersiapkan diri untuk menyusul leader ke pitch I
- Langkah pertama ia akan membuat anchor
- Ujung tali yang dipakai untuk mem-belay disangkutkan pada tubuhnya
- Belayer melakukan cleaning up (membersihkan runner yang dibuat oleh leader). Biasanya ia dilengkapi oleh hammer yang berguna untuk mencopot piton.
- Belayer sebagai pendaki kedua sampai di pitch I
g. Meneruskan ke pitch I
- Bila ada pendaki ketiga, leader akan memasang fixed rope (tali tetap) untuk pendaki ketiga yang naik menggunakan ascendeur.
- Bila hanya berdua, akan dimulai proses pendakian seperti sebelumnya.
9. Artificial Climbing
Pada suatu keadaan tertentu dimana tebing tidak ada hold (tonjolan batu) tetapi hanya ada rekahan kecil yang tidak dapat digunakan untuk pijakan dan pegangan, maka pendakian akan menggunakan alat berupa piton, friend, chock serta etrier dalam menambah ketinggian.
Dalam hal ini etrier menjadi alat yang sangat vital sebagai pijakan. Dengan cara menempatkan etrier pada chock/friend/piton yang terpasang pada rekahan. Pendaki memasang lebih ke atas lagi chock/friend/piton, kemudian etrier dipindahkan pada chock/friend/piton yang terpasang tersebut. Demikian seterusnya berulang-ulang sehingga pendaki mencapai ketinggian yang diinginkan.
Demikianlah ringkasan suatu pendakian pada umumnya. Akhirnya makalah ini kami cukupkan sampai di sini. Untuk lebih jelas sebaiknya kita berlatih di lapangan/tebing.





READ MORE - MATERI PANJAT TEBING

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tumbuhan liar yang bisa dimakan

Tumbuhan liar yang bisa dimakan

Menurut para ahli, 10% dari keseluruhan jenis tumbuhan berbunga di dunia ada di Indonesia. Artinya, kita memiliki kurang lebih 25.000 jenis tumbuhan berbunga. Jika ditambah dengan tumbuhan tak berbunga dan jamur, jumlahnya akan berlipat-lipat.
Dari keseluruhan jenis tumbuhan itu ada yang beracun, ada yang bisa dimakan, dan ada yang disarankan untuk dimakan. Untuk mengetahui apakah suatu jenis tumbuhan di hutan aman atau tidak untuk dimakan ada beberapa faktor yang bisa dijadikan pegangan. Tumbuhan yang daun, bunga, buah, atau umbinya bisa dimakan oleh satwa liar adalah tumbuhan yang tidak beracun.
Jadi, kita bisa mengonsumsinya. Sementara itu, tumbuhan yang berbau tak sedap dan bisa membuat pusing, serta tidak disentuh oleh binatang liar, sebaiknya jangan disentuh. Contohnya, tumbuhan bergetah yang membuat kulit gatal dianjurkan untuk dihindari.
Tumbuhan lain yang perlu disingkirkan adalah tanaman yang daunnya bergetah pekat, berwarna mencolok, berbulu, atau permukaannya kasar. Tanaman dengan daun yang keras atau liat juga jangan dikonsumsi. Apabila mendapatkan tumbuhan kemaduh (Laportea stimulans) waspadalah lantaran bulu pada daunnya membuat kulit gatal dan panas.
Sementara itu, beberapa jenis tumbuhan yang mungkin ditemui di hutan dan dapat dimakan meliputi beragam jenis. Keluarga palem-paleman, misalnya; kelapa, kelapa sawit, sagu, nipah, aren dan siwalan, bukan hanya bagian umbutnya (baca; bagian ujung batang muda dan berwarna putih) yang bisa dimakan, tapi juga buahnya, seperti kelapa dan siwalan.
Jenis jambu-jambuan yang masuk dalam keluarga Myrtaceae juga banyak dijumpai di hutan. Adapun ciri-cirinya, daunnya berbau agak manis jika diremas. Bunganya memiliki banyak sekali benang sari dengan buah yang enak dimakan.
Tumbuhan semak dari keluarga begonia juga bisa menjadi penyelamat dalam keadaan darurat. Daun begonia umumnya berbentuk jantung tak simetris. Beberapa jenis dijadikan tanaman hias. Bila tangkai daunnya yang masih muda dikupas dan dimakan, rasanya masam dan sedikit pahit.
Beberapa jenis keladi umbinya bisa dimakan, meski pada jenis lain umbinya menyebabkan gatal di mulut dan bibir. Untuk itu dianjurkan untuk tidak sembarangan melahap keladi hutan. Sebaiknya dicoba dulu dalam jumlah kecil. Hindari makan iles-iles (Amorphophallus sp).
Arah Lilitan
Tumbuhan merambat dan melilit di pohon lain bisa dimakan jika lilitan batang ke arah kanan (searah dengan jarum jam), di antaranya gembili (Dioscorea aculeate), gembolo (Dioscorea bulbifera), umbi rambat. Namun, bila arah lilitannya ke kiri (berlawanan arah jarum jam) dan batangnya berduri, haruslah ekstra hati-hati. Jenis kedua ini misalnya gadung (Dioscorea hispida), yang beracun, walaupun tetap dapat dimakan setelah melalui proses pengolahan terlebih dahulu.
Sementara keluarga rumput-rumputan seperti tebu dan beberapa jenis bambu, rebungnya enak dimakan. Demikian pula pisang hutan bisa langsung dikonsumsi. Di tempat yang lembab dan tinggi, tunas dan daun muda jenis paku-pakuan enak dimakan. Tumbuhan lain yang buahnya juga bisa dimakan, misalnya markisa (Passiflora sp).
Markisa ini tumbuhan merambat dengan bunga khas. Beberapa anggota keluarga sirsak (Annonaceae), misalnya Annona muricata, daging buahnya segar. Buah lainnya seperti senggani (Melastoma sp), arbei hutan (Rubus), dan anggur hutan.
Selain tumbuhan tadi, jamur pun bisa menjadi penyelamat di saat tersesat. Namun, kita harus bisa membedakan mana jamur yang biasa dikonsumsi dan jamur liar (beracun). Untuk menghindari makan jamur beracun, perlulah diketahui ciri-cirinya, yaitu warna payungnya gelap atau mencolok, misalnya biru, kuning, jingga, coklat.
Pengecualian untuk jamur kuping dengan payung coklat itu bisa dimakan. Bau tidak sedap disebabkan mengandung asam sulfida atau amonia juga sekaligus menunjukkan jamur tersebut tak layak dikonsumsi. Dan jamur beracun umumnya tumbuh di tempat yang kotor, misalnya pada kotoran hewan.
Dengan berbekal ilmu survival, mudah-mudahan ini akan menjadi pegangan penting apabila kita menghadapi masalah di hutan. Yang terpenting, sebaiknya sebelum dimakan, tumbuhan liar di hutan dimasak dahulu untuk mengurangi dampak buruk, seperti diare dan alergi.
Apabila terjadi kasus keracunan, usahakan muntahkan sebisa mungkin, dan minumlah air kelapa atau bila ada gunakan “pil norit” untuk membantu mengurangi kadar keracunan.
Oleh : Budi Imansyah S
begonia
buah berry
daun pakis
READ MORE - Tumbuhan liar yang bisa dimakan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Teknik Packing Ransel (Carrier)

Teknik Packing Ransel (Carrier)

Teknik packing ransel (carrier) saat mendaki gunung maupun kegiatan out bond lainnya sangat diperlukan sehingga barang-barang yang kita bawa dapat kita bawa dengan ringkas, efisien, rapi. Packing biasa disebut juga dengan pengepakan.
Packing merupakan cara atau teknik menyusun perlengkapan dalam ransel (carrier). Dengan packing (pengepakan) yang baik ransel akan mampu memuat peralatan dengan efisien namun tetap terasa nyaman dikenakan saat perjalanan.
membuat ransel (carrier) muat banyak tapi tidak memberatkan
Oleh para penggiat kegiatan alam bebas (pecinta alam) packing telah dianggap sebagai salah satu ‘seni’ tersendiri. Sehingga teknik menyusun barang dalam ransel ini sangat tergantung pada keahlian dan kebiasaan masing-masing.
Prinsip-prinsip packing carrier yang harus diperhatikan antara lain:
  • Masukkan matras dalam ransel.
Sebagian orang memang lebih menyukai menempatkan matras tidur di luar carrier (ransel). Namun dengan meletakkan matras melingkar di dalam carrier bentuk ransel akan lebih tegak dan lebih mudah saat melakukan packing (meyusun) ataupun mengambil barang dari dalam ransel.
  • Letakkan barang terberat di paling atas
Dengan meletakkan barang-barang yang berat di bagian atas, beban terberat ransel akan jatuh di pundak. Jika tidak, berat badan akan membebani pinggul sehingga kaki kurang bebas bergerak dan cepat merasa lelah.
  • Berat seimbang antara kiri dan kanan
Saat melakukan packing, letakkan barang sehingga beban antara bagian kiri dan kanan ransel seimbang. Beban yang tidak seimbang akan mengganggu keseimbangan tubuh apalagi mengingat jalur pendakian yang biasanya melalui medan-medan yang sulit.
  • Maksimalkan ruang-ruang yang ada.
Barang-barang yang berlubang bagian dalamnya seperti nasting (panci serba guna) jangan dibiarkan kosong tetapi isilah dengan barang-barang lain semisal beras, telur dll.
  • Urutkan barang sesuai waktu penggunaanya
Barang-barang yang akan segera dipakai letakkan dibagian atas saat packing. Dan sebaliknya, barang yang kemungkinan dipakai belakangan dibagian bawah.
  • Pisah barang yang sewaktu-waktu diperlukan
Ponco (jas hujan), PPPK dan obat-obatan adalah barang yang sewaktu-waktu diperlukan dalam perjalanan. Saat melakukan packing barang-barang ini dapat diletakkan di bagian atas ransel atau pada kantong-kantong di luar ransel sehingga saat membutuhkan dapat mengambilnya dengan cepat.
  • Masukkan ke kantong plastik
Sebelum di packing dalam ransel kelompokkan dan masukkan barang-barang ke dalam kantong plastik yang tidak tembus air, terutama pakaian tidur atau pakaian cadangan, kertas kertas, buku, dll.
  • Lindungi benda mudah pecah
Benda mudah pecah seperti telur sebaiknya dimasukkan ke dalam wadah yang kuat.
  • Hindari menggantung benda di luar ransel
Matras ataupun benda lainnya sebaiknya jangan diletakkan di luar ransel. Menggantungkan benda di luar ransel selain kurang rapi juga beresiko tersangkut semak atau sejenisnya sehingga akan mengganggu perjalanan
  • Bawalah tas tambahan
Bila memungkinkan bawalah tas tambahan semisal tas kecil yang bisa dikenakan di paha. Tas ini bisa untuk mewadahi barang-barang yang sering dikeluarmasukkan semacam kamera saku, obat-obatan, dll.
Para pecinta alam biasa menyebut teknik pengepakan (packing) ini sebagai seni. Karena itu, teknik packing ransel atau carrier akan sangat tergantung pada selera dan keahlian masing-masing. Namun prinsip utama dari packing adalah menyusun barang dengan efisien, rapi tanpa harus merepotkan selama perjalanan.
Saya tidak tahu apakah teknik packing ransel ini dapat diberlakukan juga pada travel bag atau koper. Terus terang saya tidak mempunyai travel bag maupun koper.
READ MORE - Teknik Packing Ransel (Carrier)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

CARA MENGETAHUI ARAH TANPA KOMPAS

 

CARA MENGETAHUI ARAH TANPA KOMPAS

Cara mengetahui arah tanpa kompas mungkin banyak diperlukan bagi para penggiat alam bebas, seperti hiking, camping maupun mountaineering. Karena banyak para penyuka petualangan tak membawa bekal kompas dengan berbagai alasan. Memang, jika menggunakan kompas, arah yang kita bidik akan terasa lebih valid, namun tanpa bantuan kompas pun kita bisa menentukan arah yang juga valid.
Adapun cara - caranya sebagai berikut:

* Sisi batu atau pohon yang berlumut paling tebal menunjukkan arah selatan
* Masjid menunjukkan arah barat ( kiblat ).
* Kuburan Islam, tempat yang terdapat nisannya menunjukkan arah utara dan yang berlawanan dengan nisan adalah arah selatan.
* Dengan melihat matahari terbit di timur terbenam di barat.

- Dengan bayangannya :

Dari bayangan panjang ke bayangan pendek menunjukkan arah timur.

Dari bayangan pendek ke bayangan panjang menunjukkan arah barat.

* Dengan melihat sarang semut, sarang semut yang terletak di dekat pohon menunjukkan arah barat.
* Tajuk pohon yang paling lebat berada di arah barat.
* Pada saat malam hari rasi bintang salib.
* Bayangan hitam pada bulan purnama menunjukkan arah utara.

MENGETAHUI ARAH MATA ANGIN DENGAN JAM TANGAN

Dalam sebuah penjelajahan di alam liar, sering kita kesulitan mengetahui arah mata angin apabila tidak membekali diri dengan Kompas petunjuk arah. Tetapi hal tersebut bisa di tanggulangi dengan peralatan sederhana yang selama ini kita tahu alat tersebut hanya untuk petunjuk waktu, yakni jam tangan! Ya, jam tangan selain sebagai petunjuk waktu juga bisa untuk petunjuk arah sederhana. Caranya?


1. Perhatikan angka 1 - 12 yang ada di arloji Anda, jika Anda menggunakan arloji digital, Anda cukup membayangkan saja bentuk arloji analog.

2. Arahkan angka 12 tepat ke arah Matahari berada. ( angka, bukan jarum )

3. Perhatikan sekarang jam berapa? Kemudian Anda lihat jarum pendek. Tengah - tengah antara jarum pendek dan angka 12 pasti menunjuk ke arah utara.

Contoh: Sekarang jam 09.00. Anda arahkan angka 12 ke Matahari, jika sudah, perhatikan jarum pendek yang menunjuk angka 9. Di tengah - tengah antara angka 9 dan 12 akan selalu menunjuk arah utara.

Teknik ini bisa di gunakan hanya ketika Matahari muncul saja yang berarti harus dilakukan di siang hari,  dan sepertinya Anda akan menemui kesulitan jika Anda menggunakan pada jam 12 tepat.

 

CARA MENENTUKAN ARAH DENGAN RASI BINTANG

Keadaan negeri yang kian ramai ini, perihal tersesat bukanlah masalah besar. Jurus paling jitu tentu saja tanya ke orang-orang yang kita temui, tentang dimana tempat 'ini', bagaimana ke 'situ', jauh atau tidak ke 'sana', berapa ongkosnya dari 'sini', dan seterusnya, hingga kita temui tempat yang kita maksud. Kalau sudah telanjur malu karena terlalu sering bertanya, tenang saja ada alat-alat navigasi yang bisa membantu dan mudah diperoleh.
Dari yang paling sederhana, yaitu kompas dan peta, hingga alat canggih semisal GPS (Global Positioning System) dan handphone yang sudah terintegrasi dengan GPS.

Tersesat bisa jadi masalah besar kalau-kalau di sekitar kita tidak ada orang-orang yang bisa kita tanyai, tidak ada kompas, tidak ada peta apalagi GPS. Mungkin keadaannya tidak sampai membahayakan jiwa, namun untuk hal-hal sederhana seperti menentukan arah kiblat untuk sholat, setidaknya kita harus yakin bahwa arah kita telah benar. Karena b
ukan tidak mungkin kita hadapi situasi dan kondisi seperti ini. Mengandalkan filing bisa menjadi pilihan, namun bila filing sering salah ketika menjawab soal ujian, itu artinya mempercayai filing bukanlah pilihan bijak.

Nah, untuk itu, bintang di langit bisa menjadi pilihan paten untuk dipercaya sebagai pemandu arah. Pengetahuan purba ini setidaknya kita tahu sedikit-sedikit.

Menurut para astronom, ada tiga rasi bintang yang populer digunakan oleh para nelayan, para peladang, penyuka kegiatan alam, hingga orang-orang tersesat tentunya, untuk mengetahui arah mata angin: rasi bintang Ursa Minor (artinya Beruang Kecil. Di Indonesia di sebut Biduk) , rasi bintang Crux (Layang, Gubung Penceng, Pari), dan rasi bintang Orion.

Ursa Minor menunjukkan arah utara. Lihat bintang yang paling ujung ( alfa), disebut Polaris, itulah yang menunjukkan arah utara.

artikel-populer.blogspot.com - CARA MENENTUKAN ARAH DENGAN RASI BINTANG

Rasi bintang Crux menunjukkan arah selatan. Bintang paling bawah (alfa, bagian lengan yang terpanjang) itulah yang menunjukkan arah selatan.

artikel-populer.blogspot.com - CARA MENENTUKAN ARAH DENGAN RASI BINTANG

Orion menunjukkan arah barat (tiga bintang yang lebih mirip ekor kalajengking dibandingkan pinggang Orion).


artikel-populer.blogspot.com - CARA MENENTUKAN ARAH DENGAN RASI BINTANG artikel-populer.blogspot.com - CARA MENENTUKAN ARAH DENGAN RASI BINTANG

Ketiganya selalu terlihat jelas ketika langit cerah. Untuk mengantisipasi bila ada bagian langit yang tertutup awan, minimal ketiganya kita mengenalnya. Kalau-kalau satu yang terlihat dan yang lainnya tidak.

Selain ketiga rasi bintang ini, rasi-rasi lain tentu sangat banyak, para astronom tentu telah banyak memetakan. Tapi, tiga rasi bintang inilah yang paling jelas terlihat di malam hari bagi orang awam seperti kita, mencolok, dan sangat terpercaya sebagai pemandu arah mata angin.
READ MORE - CARA MENGETAHUI ARAH TANPA KOMPAS

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pengertian Survival

Pengertian Survival

Survival berasal dari kata survive yang berarti mampu mempertahankan diri dari keadaan tertentu. Dalam hal ini mampu mempertahankan diri dari keadaan yang buruk dan kritis. Sedangkan Survivor adalah orang yang sedang mempertahankan diri dari keadaan yang buruk.Survival adalah keadaan dimana diperlukan perjuangan untuk bertahan hidup. Survival merupakan kehidupan dengan waktu mendesak untuk melakukan improvisasi yang memungkinkan. Kuncinya adalah menggunakan otak untuk improvisasi.
Statistik membuktikan hampir semua situasi survival mempunyai batasan waktu yang singkat hanya 3 hari atau 72 jam bagi orang hilang, dan yang mampu bertahan cukup lama tercatat sangat sedikit sekitar 5 persen itupun karena pengetahuan dan pengalamannya.

Dalam situasi survival janganlah tergesa-gesa menentukan prioritas survival karena dapat berakibat salah, gagasan kaku yang tidak boleh ditawar-tawar juga akan berakibat fatal. Ketepatan memutuskan dengan didukung pengalaman dan hasil diskusi dapat menguntungkan karena situasi darurat perlu pertimbangan dan sikap tegas dalam mencapai tujuan akhir.
Dalam keadaan survival diperlukan pengetahuan terhadap kondisi dan kebutuhan tubuh, bukan mutlak mengerti secara fisik tetapi memahami reaksi atau dampak akibat pengaruh lingkungan. menggunakan pengetahuan dalam usaha mengatur diri saat keadaan darurat adalah kunci dari survival. Pengaturan disini adalah memelihara ketrampilan dan kemampuan untuk mengontrol sumber daya didalam diri dan kemampuan memecahkan persoalan, bila pengaturan keliru, tidak hanya badan terganggu akan tetapi dapat langsung berdampak terhadap kemampuan untuk tetap hidup. Memahami jenis kebutuhan hidup yang menjadi prioritas sangat menguntungkan didalam situasi survival.
Dalam kondisi survival tantangan yang sangat dominan adalah sikap mental atau psikologis untuk mencari kebutuhan tubuh dan untuk memperolehnya dibutuhkan gagasan-gagasan dengan dasar pertimbangan dari pengalaman atau pendidikan yang pernah diikutinya, pengalaman hidup dengan resiko tinggi dan aktivitas menantang terbukti dapat membuat orang belajar untuk berbuat yang lebih baik dan melakukan adaptasi efektif.
Mengapa ada Survival ?
Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :
  • Keadaan alam (cuaca dan medan)
  • Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
  • Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)
  • Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri. Dalam keadan tersebut ada beberapa faktor yang menetukan seorang Survivor mampu bertahan atau tidak, antara lain : mental, kurang lebih 80% kesiapan kita dalam survival terletak dari kesiapan mental kita.
Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :
  • Keadaan alam (cuaca dan medan)
  • Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
  • Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)
Banyaknya kesulitan-kesulitan tersebut biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri.
Definisi Survival
Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini hanyalah menurut versi pencinta alam ;
S: Sadarkan diri dalam keadaan gawat darurat
U: Usahakan untuk tetap tenang dan tabah
R: Rasa takut dan putus asa harus di hilangkan
V: Vitalitas mesti ditingkatkan
I: Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya
V: Variasi alam bisa dimanfaatkan
A: Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya
L: Lancar dan selamat
Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival tersebut, agar dapat membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang perlu ditekankan jika anda tersesat yaitu istilah “STOP” yang artinya :
S: Stop & seating / berhenti dan duduklah
T: Thingking / berpikirlah
O: Observe / amati keadaan sekitar
P: Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan
KEBUTUHAN SURVIVAL

Yang harus dipunyai oleh seorang survivor adalah :
  1. Sikap mental ; Semangat untuk tetap hidup, Kepercayaan diri, Akal sehat, Disiplin dan rencana matang serta Kemampuan belajar dari pengalaman
  2. Pengetahuan ; Cara membuat bivak, Cara memperoleh air, Cara mendapatkan makanan, Cara membuat api, Pengetahuan orientasi medan, Cara mengatasi gangguan binatang, Cara mencari pertolongan
  3. Pengalaman dan latihan ; Latihan mengidentifikasikan tanaman, Latihan membuat trap, dll
  4. Peralatan ; Kotak survival, Pisau jungle , dll
Langkah yang harus ditempuh bila anda/kelompok anda tersesat :
  1. Mengkoordinasi anggota
  2. Melakukan pertolongan pertama
  3. Melihat kemampuan anggota
  4. Mengadakan orientasi medan
  5. Mengadakan penjatahan makanan
  6. Membuat rencana dan pembagian tugas
  7. Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia kuar
  8. Membuat jejak dan perhatian
  9. Mendapatkan pertolongan
READ MORE - Pengertian Survival

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PENGERTIAN KOMPAS

PENGERTIAN KOMPAS

Ada banyak macam kompas yang dapat dipakai dalam kegiatan di alam, tentunya masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Macam kompas yang digunakan antara lain : Kompas Prisma, Kompas Lensa dan Kompas Silva (Kompas Orientasi).
Namun pada dasarnya fungsi kompas adalah sama, yaitu
1. Mengetahui arah
2. Membidik sasaran

 

 


Kompas yang digunakan untuk navigasi :
 
1. Kompas Lensa
Kompas Lensa merupakan kompas yang dilengkapi dengan lensa biconcav untuk mempermudah dalam pembacaannya.

Bahan lensa ini dapat dari logam maupun dari fiber. 

Kelebihan :
- Keringanannya sehingga mudah untuk dibawa dan digunakan, selain harganya yang cukup murah.
- Memiliki pengait untuk memudahkan dalam mendatarkan kompas. 

Kekurangan :
- Piringan kompas mudah sekali bergerak sehingga mempersulit kita dalam penghitungan besar sudut kompas.
- Skala pada kompas tiap strip rnewakili dua skala, validitas pengukuran besarnya sudut kompas kurang, terutama untuk pengukuran sudut kompas dengan angka ganjil, pengukurannya berdasarkan perkiraan saja.


2. Kompas Silva
Kompas ini sering disebut juga Kompas Orientasi, ini disebabkan oleh kemudahan penggunaan kompas ini untuk orientasi medan.
Kompas ini memiliki tanda panah penyesuai yang terdapat di dasar piringan kompas, dilengkapi pula dengan cermin.
Selain itu disekitar piringan kompas terdapat konektor dan penggaris. 


Kelebihan :
- Memiliki cermin untuk memudahkan dalam pembacaan dan pembidikan
- Dilengkapi dengan penggaris (dalam cm dan inchi).
- Untuk jenis tertentu memiliki kaca pembesar dan konektor untuk peta berskala I : 50.000 dan I : 25.000.
- Untuk jenis tertentu dilengkapi dengan lensa pembidik.
- Dapat digunakan untuk mengukur besar sudut peta (pengganti busur derajat). 

Kekurangan :
- Untuk membuat kompas terdebut datar kita harus menggunakan alat bantu yang datar.
- Bila membidik besar sudut kornpas tidak dapat langsung diketahui.


3. Kompas Prisma
Kompas ini memiliki prisma pada bagian dekat pengait.
Kompas ini terbuat dari bahan logam, dengan jarum kompas mengandung zat phosphoric yang akan memudahkan pembacaan sudut bila pada atempat gelap. 


Kelebihannya :
- Besar sudut bidikan bisa langsung di baca melalui prisma.
- Dapat langsung diketahui azimuth dan back azimuthnya.
- Mudah digunakan, mudah didatarkan. 

Kekurangan :
+ Terbuat dari logam sehingga berat. 



Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Sebelum Menggunakan Kompas


1. Set semua kompas yang akan dipakai (seragamkan dengan kompas yang standar). Untuk checking yang paling mudah yaitu kita pergi ke titik Triangulasi, dengan catatan daerah tersebut telah kita ketahui SPM-nya (misal 0° 00' 00").
Plot salah satu tanda medan yang terlihat jelas dari Triangulasi dan juga terdapat di peta, catat besar sudut petanya, misal 50'.
+ Untuk kompas standar, besar sudut kompas bila kita membidik tanda medan tersebut dan' titik Tnangulasi juga harus sebesar 50'.
(Catatan : Cara kita membidik dan plotting sudah benar). 


2. Perhatikan angka-angka pembagian derajat yang terdapat pada piringan kompas (untuk keseragaman sebaiknya menggunakan kompas dengan pembagian derajat sampai 360°).
Bila kita menggunakan kompas dengan pembagian derajat 6400,
maka di lapangan kita harus menghitung lagi.
READ MORE - PENGERTIAN KOMPAS

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS